Alhamdulillah, malam ini masuk pertemuan ke-20, BM gelombang 25-26, dengan tema "Menguak Dapur Penerbit Mayor." Moderator yang memandu kegiatan ini adalah Ibu Rosminiyati. Narasumber yang akan membersamai anggota BM malam ini adalah Bapak Edi S. Mulyanta, S.Si., M.T. Lahir di Yogyakarta 24 Mei 1969. Beliau menjabat Manager Penerbitan Andi Publisher. Weblog https://wwwpbuandi.com http://bukudigital.my.id atau http://ebukune.my.id.
Dunia penerbitan yang saat ini di bawah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) menjadi was-was dan memandang cukup berat tantangan ke depan dunia cetak dan produksi buku. Atmosfir dunia penerbitan perlahan-lahan akan berubah, karena posisi penulis menjadi semakin strategis dalam industri penerbitan. hal tersebut membuat dunia penerbitan bergegas untuk mengubah haluan visi misi mereka ke arah yang lebih up to date, menyongsong perkembangan teknologi yang lebih cepat dibandingkan perkembangan dunia bisnis penerbitan secara umum.
Tahun 2020-2022 merupakan masa paceklik bagi industri penerbitan, akan tetapi berbeda dengan dunia penulisan yang justru marak-maraknya. Hal ini mungkin karena aktifitas kita dibatasi, sehingga banyak yang memberikan kesempatan untuk bekerja dari rumah (WFH). Produksi buku reguler sempat terhenti, sehingga banyak penulis yang mempertanyakan masa depan penerbitan di Indonesia secara umum.
Tidak semua tema buku dapat digantikan oleh digital, hal inilah yang memberikan harapan baru penerbit untuk masih tetap mempertahankan lini bisnis bukunya. Data-data pemasaran tidak pernah bohong, bahwa beberapa buku dengan tema khas ternyata masih sangat baik di pasar. Di dalam dunia star up dikenal dengan strategi bakar uang, para penerbit masih mencoba untuk melakukan beberapa penelitian tentang tema yang masih tetap baik di pasar.
Tema yang menjadi primadona ke depan adalah berkaitan dengan kurikulum baru, yaitu kurikulum merdeka, peluang untuk terbit cukup menarik dengan tema kurikulum yang baru.Tema buku yang menjadi andalan toko buku saat ini adalah tema buku nonteks, seperti buku anak, buku motivasi, buku agama, buku fiksi, hingga buku masak yang masih masuk 10 besar data buku terlaris di setiap toko buku di Indonesia.
Penerbit Mayor mempunyai idealisme masing-masing, sehingga perlu diperhitungkan baik-baik, jika mengusulkan usulan buku ke penerbit tersebut. Yang menjadi permasalahan klise di dunia penerbitan adalah masalah modal beserta pembiayaan produksi buku yang cukup besar nilainya dalam sebah proyek terbitan satu judul buku.
Geger ISBNpun menjadikan permasalahan literasi di Indonesia menjadi sorotan dunia. Begitu besar semangat untuk menulis di Indonesia menjadikan nomor ISBN-pun tidak kuasa menerima energinya. Ternyata ada anomali yang tidak wajar terjadi didunia perbukuan di Indonesia. Wadah ISBN yang biasanya tersedia dengan mudah untuk mendapatkannya. Saat ini menjadi nomor mewah yang cukup sulit untuk mendapatkannya, mengapa demikian, hal ini dipicu keinginan menulis buku hanya untuk mengejar angka kredit semata.
Konsep penerbitan buku oleh pemerintah dicoba untuk kembali sesuai dengan Undang-Undang Perbukuan 2017, dimana terbitan buku harus tersebar luas ke masyarakat. Perpustakaan nasional akhirnya memberikan kebijakan baru untuk membuat sub nomor untuk menghemat ISBN yang telah dijatah oleh ISBN internasional.
papun jenis tulisannya baik buku teks, buku umum, buku dikti, maupun buku luar, tulislah yang sesuai dengan kompetensi serta minat yang dimiliki agar tulisannya benar-benar berkualitas. Buku dengan omzet terbesar adalah buku teks pelajaran utama karena pasarnya sangat besar, yaitu seluruh sekolah di Indonesia. Buku umum pasarnya paling kecil karena outlet utama adalah di toko buku, baik toko buku modern maupun tradisional.
Ini kesempatan bagi penulis untuk tetap semangat menulis karena pasar buku masih cukup menarik mengingat buku fisik masih menjadi andalan utama penerbit dalam mencari peruntunganya. Kirimkan usulan penerbitan buku, supaya ide Anda dapat ditangkap penerbit dan disebarluaskan ke pembaca.