Pengambilan
Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Oleh : Farida Haryati
PGP : Angkatan 6 Kota Jambi
"Di balik setiap kelambatanku
mengambil keputusan, ada segudang perhitunganku karena ingin memastikan yang
terbaik untukmu." (anonim)
Kalimat tersebut memotivasi kita sebagai
pemimpin pembelajaran untuk mengambil suatu keputusan melalui pertimbangan yang
matang agar menghasilkan keputusan yang terbaik untuk siswanya. Hal ini sejalan
dengan kalimat bijak berikut:
"Ambillah keputusan dengan penuh
pertimbangan. Jangan mengambil keputusan karena keputusasaan." (anonim)
Melalui dua kalimat bijak tersebut
mengajarkan kita bahwa pengambilan suatu keputusan sangatlah penting, maka
perlu pertimbangan yang baik agar menghasilkan keputusan yang terbaik pula.
Sesuai dengan hal tersebut, berikut akan dijelaskan tentang pengambilan
keputusan dan kaitannya dengan materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya
pada pendidikan guru penggerak.
Filosofi Ki Hadjar Dewantara dengan
Pratap Trilokanya, yaitu Ing Ngarso Sung
Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin
juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri Handayani (Seorang pemimpin
harus mampu memberi dorongan dari belakang). Mengacu pada Pratap Triloka
tersebut, maka pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan haruslah
berpihak pada siswa, dapat mempertanggung jawabkannya dan mendasarkan keputusan
pada nilai-nilai kebajikan universal, sesuai dengan prinsip-prinsip dasar
pengambilan keputusan.
Nilai mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif, serta berpihak pada murid, sangat berpengaruh terhadap
prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Nilai mandiri berkaitan dengan
bagaimana pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan yang tepat dan
bertanggung jawab tanpa melibatkan orang lain/pihak lain. Nilai reflektif berkaitan
dengan konsekuensi atau akibat dari suatu keputusan yang akan diambil, untuk
itu seorang pemimpin pembelajaran perlu mencermati benar-benar suatu kasus
sebelum mengambil suatu keputusan. Nilai kolaboratif berkaitan dengan suatu
keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan dari beberapa orang, dengan
memperhatikan prinsip, paradigma, dan langkah-langkah dalam pengambilan
keputusan. Nilai inovatif berkaitan dengan keterampilan atau teknik yang
dilakukan oleh pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan, sehingga
keputusan tersebut tidak merugikan semua pihak. Dengan demikian, dalam
mengambil keputusan haruslah didasarkan pada nilai-nilai kebajikan.
Materi pengambilan keputusan berkaitan
dengan kegiatan coaching (bimbingan) karena
salah satu cara pemimpin pembelajaran untuk mengambil keputusan dapat dilakukan
dengan teknik coaching. Mengapa
demikian? Coaching merupakan teknik coach untuk menggali, mengidentifikasi,
bahkan memutuskan sesuatu didasarkan hasil, kesadaran, dan keinginan sendiri dari coachee-nya tanpa paksaan atau tuntutan
apapun. Selain dengan teknik coaching,
pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan juga harus memperhatikan
prinsip, paradigm, dan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan.
Pemimpin pembelajaran adalah manusia
biasa yang terkadang berada pada kondisi yang tidak stabil. Ketika dihadapkan pada
dilema etika, disinilah pemimpin pembelajaran harus benar-benar berada dalam
kondisi yang baik, agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Jika kondisi
sosial emosionalnya dalam kondisi tidak baik, maka perlu melakukan Latihan
Kesadaran Penuh (mindfullness) menggunakan teknik STOP, lakukan berulang kali agar
kondisi kembali dalam keadaan baik, agar mampu mengambil sebuah keputusan yang
tepat. Disinilah pentingnya pemimpin pembelajaran dalam mengelola dan menyadari
aspek sosial emosionalnya karena sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu
keputusan khususnya masalah dilema etika. Hal ini berkaitan dengan nilai-nilai
kebajikan yang dianut oleh pemimpin pembelajaran dalam membahas studi kasus
yang fokusnya pada masalah moral atau etika. Begitu pula pengambilan keputusan
yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman. Agar dampak tersebut dapat tercapai, perlu perubahan
dan sikap yang konsisten dalam melaksanakan visi dan misi sekolah, mewujudkan
budaya positif, dan kesepakatan kelas atau sekolah yang telah ditetapkan.
Tantangan pasti ada tetapi tidak begitu
signifikan karena dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus
dilema etika, satuan pendidikan mempunyai tahapan dan proses yang harus dilalui
sampai pada tahap pengambilan keputusan. Perubahan paradigma tetap ada sesuai
dengan situasi yang dihadapi. Pengambilan keputusan sangat berpengaruh dengan
pengajaran yang memerdekakan siswa karena keputusan harus berpihak kepada siswa
dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam memutuskan pembelajaran yang tepat
untuk potensi siswa yang berbeda-beda, dapat dilakukan dengan cara melibatkan
siswa untuk menentukan dan memutuskan proses pembelajaran yang mereka inginkan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dengan demikian, pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan harus memperhatikan paradigma yang
terjadi pada situasi dilema etika karena dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan para siswa, terutama paradigma jangka pendek lawan jangka panjang dan
paradigma rasa keadilan lawan rasa kasihan.
Berdasarkan uraian di atas, pengambilan
keputusan memiliki kaitan yang erat dengan modul-modul sebelumnya.
Alhamdulillah saya sudah memahami dan mengerti tentang konsep-konsep dilema etika
dan bujukan moral yang telah dipelajari pada modul 3.1. Konsep-konsep tersebut
terdiri dari tiga prinsip, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis
Peraturan (Rule-Based Thinking), dan
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking). Empat paradigma, yaitu individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan
lawan rasa kasihan (justice vs mercy),
kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty), dan Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Konsep berikutnya adalah sembilan langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Hal di luar dugaan saya, ternyata dalam
pengambilan keputusan dilakukan tahapan pengujian keputusan melalui uji legal,
uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji panutan/idola, dan uji pradigma
benar lawan salah.
Sebelum mempelajari modul ini, sebagai pemimpin pembalajaran, saya pernah mengambil keputusan dalam situasi moral dilema. Saya telah menggunakan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan walaupun pada saat itu saya belum mengetahui konsep tersebut. Keputusan yang saya ambil tetap berpihak dan memikirkan masa depan siswa, Bedanya, sembilan langkah pengambilan keputusan tidak dilakukan secara berurutan dan belum melakukan pengujian keputusan. Konsep pengambilan keputusan yang saya pelajari sangat berdampak bagi saya dalam mengambil keputusan, setelah mempelajari modul ini, saya akan mengaplikasikan prinsip, paradigma, langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan, agar keputusan yang saya ambil selalu berpihak pada siswa, dapat dipertangung jawabkan, dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal. Oleh karena itu, sebagai individu dan pemimpin pembelajaran, topik dalam modul ini sangat penting untuk saya pelajari agar saya dapat mengambil suatu keputusan yang tepat dan berkualitas.
Terima kasih
Salam dan bahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar