Koneksi
Antarmateri_Modul 2.3
Oleh: Farida Haryati
CGP Angkatan 6, Kota Jambi
Assalamualaikum
Warohmatullahi Wabarakatuh,
Salam
dan bahagia bapak Ibu guru hebat,
Coaching
Kata
yang sebagian kita pernah mendengarkan, pernah tahu, bahkan pernah melakukan
pendekatan tersebut. Apa itu coaching?
Beberapa ahli mengemukakan tentang definisi coaching.
1.
Coaching
sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada
hasil dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran
diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee
(Grant, 1999).
2.
coaching
sebagai kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya.
Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya
(Whitmore, 2003).
3.
International
Coach Federation mendefinisikan coaching sebagai"...bentuk
kemitraan bersama klien (coachee)
untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui
proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif."
Berdasarkan definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa coaching adalah proses
kolaborasi yang bersifat kemitraan antara coach
dan coachee, agar coach dapat membantu memaksimalkan
potensi coachee melalui stimulus dan
eksplorasi pikiran dan proses kreatif sehingga mampu memaksimalkan kinerja coachee.
Dalam konteks pendidikan coaching merupakan suatu proses
komunikasi pembelajaran antara guru dan siswa, sesama rekan sejawat, bahkan
antara kepala sekolah dengan guru. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang paradigma dalam berpikir coaching, yaitu:
1.
Fokus
pada coachee/rekan yang akan
dikembangkan
2.
Bersikap
terbuka dan ingin tahu
3.
Memiliki
kesadaran diri yang kuat
4.
Mampu
melihat peluang baru dan masa depan
Coaching merupakan salah satu bentuk
pengembangan diri, yang dapat membantu atau memfasilitasi orang lain untuk
menemukan solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Pendekatan coaching,
coach tidak serta merta memberikan solusi atas permasalahan coachee tetapi coach hanya menuntun coachee
dengan mengajukan beberapa pertanyaan kreatif dan bermakna untuk menstimulus coachee sehingga coachee mampu menemukan sendiri potensinya sebagai upaya untuk memaksimalkan
potensinya.
Hal
tersebut sesuai dengan prinsip coaching
yaitu membangun kemitraan antara coach dengan coachee dalam posisi yang setara, proses kreatif dilakukan melalui percakapan dua arah, memicu proses
berpikir coachee, dan memetakan dan
menggali situasi coachee untuk
menghasilkan ide-ide baru. Prinsip ketiga memaksimalkan
potensi, melalui rencana tindak lanjut dan kesimpulan yang dinyatakan oleh
rekan yang sedang dikembangkan.
Acuan
umum sebuah alur percakapan coaching yang
akan membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan
bermakna adalah alur TIRTA. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, diharapkan
dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun siswa. Tahapan alur TIRTA terdiri dari tujuan,
identifikasi, rencana aksi, dan tanggung jawab.
Berbicara
coaching di awal pembelajaran masih membingungkan apalagi untuk
melakasanakannya. Bagaimana menjadi coach
dan bagaimana pula menjadi seorang coachee,
namun dengan pencerahan dari fasilitator dan latihan yang dilakukan,
perlahan-lahan coaching dapat
berjalan dengan baik, walaupun masih ada bagian yang terlupakan. Akhirnya,
selalu ingin mencoba untuk melakukan coaching,
suatu hal yang asik dan menyenangkan.
Coaching
dalam Konteks Pendidikan Menurut Filosofi Ki Hadjar Dewantara adalah salah
satu proses ‘menuntun’ belajar siswa untuk mencapai kekuatan kodratnya. Sebagai
seorang ‘pamong’, guru dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui percakapan yang
memberdayakan agar kekuatan kodrat siswa terpancar dari dirinya. Mitra belajar,
emansipasi, kasih dan persaudaraan, serta ruang perjumpaan pribadi, merupakan
cara berpikir yang dapat melatih guru dalam menciptakan semangat Tut Wuri
Handayani dalam proses komunikasi dan pembelajaran.
Mengingat
pentingnya manfaat pendekatan coaching
dalam proses pembelajaran, terutama pembelajaran berdiferensiasi dan
pembelajaran sosial emosional, maka sebagai seorang guru perlu memahami proses coaching dengan segala paradigma dan
prinsipnya. Pendekatan coaching dapat
dijadikan sarana untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa sebagai dasar proses pelaksanaan
pembelajaran sehingga dapat mengembangkan kekuatan dan potensi siswa. Dengan
proses tersebut akan terwujud pembelajar yang merdeka untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Dengan pembelajaran sosial
emosional, coach dan coachee dapat berinteraksi dengan
sepenuhnya hadir dalam proses coaching,
dapat mendengarkan dengan RASA, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
sehingga dapat menimbulkan empati.
Dengan proses coaching guru dapat
mengembangkan kompetensi diri sebagai pemimpin pembelajaran. Supervisi akademik
merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak langsung
pada guru dan kegiatan pembelajaran di kelas. Supervisi akademik bertujuan
untuk meningkatkan kompetensi guru untuk pemberdayaan dan pengembangan
kompetensi diri dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang berpihak pada siswa. Berbagai cara perlu dilakukan
agar mampu menjadi guru yang memiiliki paradigma berpikir coaching, seperti belajar mandiri, berdiskusi, sharing, dan latihan menggunakan alur TIRTA, seolah-olah sedang melakukan proses coaching antara coach dan
coacheenya, hal ini dapat dilakukan
oleh kepala sekolah dan guru, guru dan guru, bahkan guru dan siswa.
Demikian,
semoga bermanfaat, mari kita lakukan pendekatan coaching untuk pelaksanaan supervisi akademik, agar coach dapat menggali potensi-potensi
yang dimiliki oleh coachee dan dapat
mengembangkan potensi tersebut untuk peningkatan kualitas pembelajaran.