Minggu, 27 November 2022

Jurnal Refleksi-Modul 2.2

 

PEMBELAJARAN SOSIAL-EMOSIONAL

Farida Haryati, PGP Angkatan 6, Kota Jambi


 

Assalamualaikum wr. wb,

Salam dan Bahagia

 

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, kepala sekolah pendidik, siswa, tenaga kependidikan, orangtua siswa, dan warga sekolah lainnya. Pembelajaran sosial emosional berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan untuk memecahkannya, mengajarkan mereka menjadi orang yang baik, memberikan keseimbangan pada individu, dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.

Pentingnya guru memahami dan menerapkan PSE untuk mengetahui bagaimana usaha guru untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa di sekolah tentang pengalaman apa yang diberikan kepada siswa, apa yang dipelajari siswa, dan bagaimana guru mendidik dan membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahannya. Dalam proses pembelajaran, PSE dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik, antara lain: identifikasi emosi, identifikasi perasaan, melukis dengan jari, bermain peran (role play), menulis ucapan terima kasih, membuat jurnal diri, dll. Teknik ini dapat dipadukan dalam RPP berdiferensiasi, sehingga diharapkan guru mampu menerapkan pembelajaran berdisferensiasi sesuai dengan profil belajar siswa, guna mewujudkan merdeka belajar.

Ruang Lingkup Pembelajaran Sosial Emosional

PSE dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup, yaitu:

1.    Kegiatan rutin di luar pembelajaran akademik;

2.    Terintegrasi dalam mata pelajaran;

3.    Protokol, budaya, atau peraturan sekolah yang disepakati bersama.

 

Kompetensi Pembelajaran Sosial Emosional

Konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL  (Collaborative  for Academic, Social and Emotional Learning).

Lima kompetensi pembelajaran sosial emosional, yaitu:

1.    Kesadaran Diri, yaitu: kemampuan untuk memahami emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.

2.    Manajemen diri, yaitu: kemampuan untuk memahami emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi, untuk mencapai tujuan dan aspirasi.

3.    Kesadaran Sosial, yaitu: kemampuan untuk memahmi sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain, yang berasal dari latar belakang budaya dan konteks yang berbeda-beda.

4.    Keterampilan Berelasi, yaitu: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang baik dan positif.

5.    Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab, yaitu: kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar etis dan rasa aman dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari berbagai tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis diri sendiri, kelompok, dan masyarakat.

 

Apa itu mindfulness?

pemahaman  konsep kesadaran penuh  (mindfulness) sebagai dasar penguatan lima Kompetensi Sosial dan  Emosional  (KSE) yang akan memunculkan perasaan tenang, stres berkurang, pikiran menjadi jernih dan fokus, serta menjadi semangat dalam belajar serta bagaimana mengimplementasikan pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui empat indikator,  yaitu:

1.    Pengajaran eksplisit;

2.    Integrasi dalam  praktek mengajar guru dan kurikulum akademik;  

3.    Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah;

4.    Penguatan  kompetensi sosial dan emosional  pendidik dan tenaga kependidikan (PTK)  di sekolah.

Mindfulness mengajarkan saya untuk hadir sepenuhnya dan menyadari keadaan terkini saya serta memberikan respons yang paling tepat dalam keadaan apapun, saya telah belajar untuk mengurangi kebiasaan menuntut, memaksa,  dan  lebih banyak bersabar dan bersyukur akan segala sesuatu.

 

Apa itu Well-Being?

Menurut Kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being adalah suatu kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptkan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Noble and McGrath (2016) menyebutkan bahwa well-being murid yang optimal adalah keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan sikap dan suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan sesame murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.

 

Pembelajaran sosial emosional juga berkaitan erat dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidik harus menuntun tumbuh kembang anak, sesuai dengan kodrat alam dan zamannya, pembelajaran yang berpusat pada anak. Pembelajaran sosial emosional merupakan langkah untuk mewujudkan well being sehingga pada komunitas sekolah akan terwujud sekolah yang nyaman, aman, dan akan tercapai kebahagiaan dan keselamatan anak setinggi-tingginya sesuai dengan yang diamanatkan KHD.

Pembelajaran sosial emosional dengan nilai guru penggerak memiliki kaitan, dimana untuk mewujudkan pembelajaran sosial emosional peran guru sangatlah penting. Guru dapat menumbuhkan nilai dan perannya dalam mengelola kompetensi  sosial dan emosi siswa  sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi dapat tercapai, berjalan dengan baik dan seimbang.

Pembelajaran sosial emosional dengan visi siswa merdeka kaitannya dengan menerapkan teknik  PSE, guru dapat membentuk karakter siswa yang beriman, merdeka berekspresi, bahagia, kreatif, mandiri, dan menjadi pembelajar sejati, hal ini merupakan langkah untuk mewujudkan visi terciptanya profil pelajar pancasila melalui proses pembelajaran tentang kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi serta pengambilan keputusan bertanggung jawab.

Melalui pembelajaran sosial emosional,  guru dan siswa dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing yang sedang dirasakan sehingga mampu mengotrol diri dan dapat menerapkan disiplin positif dengan baik berdasarkan kesadaran diri (self awareness). Pembelajaran sosial emosionalpun dalam pelaksanaannya dapat mengontrol diri kita untuk menciptakan budaya positif di sekolah dengan memandang perbedaan individu melalui pembelajaran berdeferensiasi.

Melalui pembelajaran sosial emosional guru dan siswa memiliki kemampuan mengelola emosi, maka pembelajaran berdisferensiasi dapat dilaksanakan dengan baik pula. Apabila seorang guru memahami tentang PSE, maka dalam melaksanakan strategi pembelajaran berdisferensiasi, guru dapat memilih teknik pembelajaran yang tepat. Dalam proses pembelajaran sering terjadi kesalahan dalam berinteraksi sosial siswa, maka dengan teknik PSE dapat membantu guru untuk memudahkan solusi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Koneksi Antarmateri- Modul 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin Oleh                : Farida Haryati PGP                 : Angkata...