PEMBELAJARAN
SOSIAL-EMOSIONAL
Farida Haryati, PGP Angkatan 6, Kota Jambi
Assalamualaikum wr. wb,
Salam dan Bahagia
Pembelajaran Sosial Emosional
(PSE)
adalah pembelajaran yang
dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah, kepala sekolah
pendidik, siswa, tenaga kependidikan, orangtua siswa, dan warga sekolah lainnya.
Pembelajaran sosial emosional berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan
siswa untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan untuk
memecahkannya, mengajarkan mereka menjadi orang yang baik, memberikan
keseimbangan pada individu, dan mengembangkan kompetensi personal yang
dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.
Pentingnya
guru memahami dan menerapkan PSE untuk mengetahui bagaimana usaha guru untuk
memenuhi kebutuhan belajar siswa di sekolah tentang pengalaman apa yang
diberikan kepada siswa, apa yang dipelajari siswa, dan bagaimana guru mendidik
dan membimbing siswa untuk menyelesaikan permasalahannya. Dalam proses pembelajaran,
PSE dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik, antara lain:
identifikasi emosi, identifikasi perasaan, melukis dengan jari, bermain peran (role play), menulis ucapan terima kasih,
membuat jurnal diri, dll. Teknik ini dapat dipadukan dalam RPP berdiferensiasi,
sehingga diharapkan guru mampu menerapkan pembelajaran berdisferensiasi sesuai
dengan profil belajar siswa, guna mewujudkan merdeka belajar.
Ruang Lingkup Pembelajaran Sosial
Emosional
PSE dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup, yaitu:
1.
Kegiatan rutin di luar
pembelajaran akademik;
2.
Terintegrasi dalam mata
pelajaran;
3.
Protokol, budaya, atau peraturan
sekolah yang disepakati bersama.
Kompetensi Pembelajaran Sosial
Emosional
Konsep
Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborative for Academic,
Social and Emotional Learning).
Lima kompetensi pembelajaran sosial emosional, yaitu:
1.
Kesadaran
Diri, yaitu: kemampuan untuk memahami
emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam
berbagai situasi dan konteks kehidupan.
2.
Manajemen
diri, yaitu: kemampuan untuk memahami
emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi, untuk
mencapai tujuan dan aspirasi.
3.
Kesadaran
Sosial, yaitu: kemampuan untuk memahmi
sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain, yang berasal dari latar
belakang budaya dan konteks yang berbeda-beda.
4.
Keterampilan
Berelasi, yaitu: kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang baik
dan positif.
5.
Pengambilan
Keputusan yang Bertanggung Jawab, yaitu:
kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas
kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar etis dan rasa aman dan
untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari berbagai tindakan dan perilaku
untuk kesejahteraan psikologis diri sendiri, kelompok, dan masyarakat.
Apa itu mindfulness?
pemahaman konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai
dasar penguatan lima Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yang akan memunculkan perasaan tenang, stres berkurang, pikiran menjadi
jernih dan fokus, serta menjadi semangat dalam belajar serta bagaimana
mengimplementasikan pembelajaran sosial emosional di kelas dan sekolah melalui
empat indikator, yaitu:
1. Pengajaran
eksplisit;
2. Integrasi dalam
praktek mengajar guru dan kurikulum akademik;
3. Penciptaan iklim
kelas dan budaya sekolah;
4. Penguatan
kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan
(PTK) di sekolah.
Mindfulness mengajarkan saya
untuk hadir sepenuhnya dan menyadari keadaan terkini saya serta memberikan
respons yang paling tepat dalam keadaan apapun, saya telah belajar untuk
mengurangi kebiasaan menuntut, memaksa,
dan lebih banyak bersabar dan bersyukur
akan segala sesuatu.
Apa itu Well-Being?
Menurut Kamus Oxford English
Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan
bahagia. Well-being adalah suatu kondisi individu yang memiliki sikap yang positif
terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur
tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptkan dan
mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup
mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Noble and McGrath (2016)
menyebutkan bahwa well-being murid yang optimal adalah keadaan emosional yang
berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan sikap dan suasana hati yang
secara umum positif, relasi yang positif dengan sesame murid dan guru,
resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan
dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.
Pembelajaran sosial emosional
juga berkaitan erat dengan filosofi Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidik harus menuntun
tumbuh kembang anak, sesuai dengan kodrat alam dan zamannya, pembelajaran yang
berpusat pada anak. Pembelajaran sosial emosional merupakan langkah untuk
mewujudkan well being sehingga pada
komunitas sekolah akan terwujud sekolah yang nyaman, aman, dan akan tercapai
kebahagiaan dan keselamatan anak setinggi-tingginya sesuai dengan yang
diamanatkan KHD.
Pembelajaran sosial emosional
dengan nilai guru penggerak memiliki kaitan, dimana untuk
mewujudkan pembelajaran sosial emosional peran guru sangatlah penting. Guru dapat
menumbuhkan nilai dan perannya dalam mengelola kompetensi sosial dan
emosi siswa sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat
pada siswa serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan
mendorong kolaborasi dapat tercapai, berjalan dengan baik dan seimbang.
Pembelajaran sosial emosional
dengan visi siswa merdeka kaitannya dengan menerapkan teknik PSE, guru dapat membentuk karakter siswa yang
beriman, merdeka berekspresi, bahagia, kreatif, mandiri, dan menjadi pembelajar
sejati, hal ini merupakan langkah untuk mewujudkan visi terciptanya
profil pelajar pancasila melalui proses pembelajaran tentang kesadaran diri,
manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi serta pengambilan
keputusan bertanggung jawab.
Melalui pembelajaran sosial emosional,
guru dan siswa dapat mengenali dan
memahami emosi masing-masing yang sedang dirasakan sehingga mampu mengotrol
diri dan dapat menerapkan disiplin positif dengan baik berdasarkan kesadaran
diri (self awareness). Pembelajaran
sosial emosionalpun dalam pelaksanaannya dapat mengontrol diri kita untuk
menciptakan budaya positif di sekolah dengan memandang perbedaan individu
melalui pembelajaran berdeferensiasi.
Melalui pembelajaran sosial
emosional guru dan siswa memiliki kemampuan mengelola emosi, maka pembelajaran
berdisferensiasi dapat dilaksanakan dengan baik pula. Apabila seorang guru
memahami tentang PSE, maka dalam melaksanakan strategi pembelajaran
berdisferensiasi, guru dapat memilih teknik pembelajaran yang tepat. Dalam
proses pembelajaran sering terjadi kesalahan dalam berinteraksi sosial siswa,
maka dengan teknik PSE dapat membantu guru untuk memudahkan solusi dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar