Alhamdulilah, tidak terasa malam ini sudah masuk pertemuan ke-5 BM PGRI Gelombang 25. "Gairah Menulis Puisi" temanyapun sangat menantang para peserta untuk menuangkan aksara dalam nada-nada puisi yang indah. Tentunya kita ditemani oleh seorang narasumber hebat, berprestasi, dan memiliki karya yang luar biasa, beliau bernama lengkap Dra. E. Hasanah, M.Pd. Beliau didampingi oleh moderator serbabisa, yaitu Bapak Dail Ma'ruf.
Gairah Menulis Puisi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata gairah berarti keinginan (hasrat keberanian) yang kuat, semangat. Menulis berarti melahirkan pikiran/perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan, mengarang cerita. sedangkan arti puisi adalah gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Jadi gairah menulis puisi adalah keinginan/semangat yang kuat dalam menulis puisi melalui penataan bunyi, irama, dan makna khusus yang dituangkan oleh penulis/penyairnya.
Ayo berkenalan dengan puisi
Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
H.B. Yassin mengatakan, puisi adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan perasaan dan memiliki gagasan atau pikiran serta tanggapan terhadap suatu hal atau kejadian tertentu.
Dapat dikatakan bahwa puisi merupakan luapan imajinatif, dituangkan dalam bentuk bahasa yang indah berdasarkan sudut pandang dan karakteristik dari penulis/penyairnya.
Selain struktur batin, puisi juga memiliki struktur fisik, yaitu:
1. Bentuk (berupa baris dan bait)
2. Diksi (pemilihan kata-kata yang indah dan memiliki kekuatan makna)
3. Majas (bahasa kias untuk mengungkapkan isi hati penulis/penyair)
4. Rima (Persamaan bunyi di akhir baris untuk memunculkan keindahan bunyi)
Puisi terdiri atas dua jenis, yaitu
1. Puisi lama
Puisi lama masih terikat dengan aturan-aturan, seperti jumlah baris, jumlah kata dalam satu baris, jumlah baris dalam satu bait, rima/persajakan, banyak suku kata dalam satu baris. Mantra, pantun, gurindam, seloka, syair, talibun, itu adalah beberapa jenis puisi lama yang masih terikat dengan aturan.
2. Puisi baru
Puisi baru lebih fleksibel dan tidak terikat dengan aturan. Bentuk, jumlah baris, suku kata, dan rima lebih bebas, sehingga penulis lebih leluasa untuk menuangkan imajinasinya. Jenis puisi baru dapat dirasakan dalam tulisan balada (puisi kisah/cerita), himne (puisi pujaan kpd Tuhan, kepada pahlawan), ode (puisi sanjungan kepada orang yang berjasa), epigram (puisi tentang tuntunan/ajaran hidup), romansa (puisi tentang luapan cinta kasih), elegi (puisi tentang kesedihan/ratap tangis), dan satire (puisi yang berisi sindiran/kritik).
Melalui tema "Gairah Menulis Puisi" menggerakkan jemari di atas kiboard untuk mencoba berimajinasi menghasilkan kata-kata bermakna yang tertuang dalam bait puisi berikut.
Mengingat-MU
Karya: Farida Haryati
Laa illaaha illallaah
Kalimat istimewa yang sangat agung
Kunci kesabaran kala amarah menerjang
Mengalirkan rezeki nanbertuan tanpa batas
Pelindung dari kobaran api neraka
Penghapus kotoran dan noda dosa
Ikhlas mengucapkan hartanya surga
Melebihi timbangan langit tingkat tujuh
Bumi tingkat tujuh dan seisinya
Laa illaaha illallaah
Laa illaaha illallaah
Laa illaaha illallaah
Semua mahkluk-Mu berzikir memuja
Mengagungkan-Mu disetiap detak nafas
Hingga menutup mata diujung nyawa
"Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam." - W.S. Rendra.
Ditunggu komentar, saran, dan kritiknya demi sebuah kebaikan dan perbaikan.
Salam Literasi
Semangat menulis bu Farida... salam kenal...
BalasHapusSemangat Bu Rusda, salam kenal juga
Hapus